Senin, 01 Desember 2008

Lagi-lagi N73 yang bermasalah

Huff...

Setelah pertengahan September 2008 kemarin N73 punya istri tercinta gagal di-update firmwarenya menggunakan NSU, sekarang N73 Merah Putih ini ngambeg karena otaknya kurang banyak. Errornya selalu: "Memory Low. Delete some data". Padahal oleh sang istri tercinta, file-file foto dan video anak kami udah secara otomatis di simpan di miniSD.

Heran, padahal memory udah dibeliin yang 2GB. Sekarang, masih aja error itu muncul. Solusi untuk membawa ke Nokia Care Center atau ke servis, kayaknya ujung-ujungnya cuma format ulang aja. Bah! Udah kayak mikocok aja yang kalo ada masalah di format. Itu sih bukan menyelesaikan masalah namanya. Lagian contact, bookmarks, calendar kalo gak di backup melalui PC-Suite, pasti lenyap. Belum lagi kalo PC-Suite nya gak bisa ngerestore hasil backup-an dia sendiri. Ckckckckck....

Untungnya udah menginstall X-plore dari LonelyCatGames. Liat sana-liat sini. Ternyata penyebabnya adalah file C:\Data\lifeblog\Database\Lifeblog.db yang membengkak gila-gilaan. Aplikasi ini secara "sok tau" membuat dirinya sebagai default blogging application yang langsung secara aktif menjadikan semua media di N73 sebagai potential blog entries.

Jika nekat langsung menghapus file tersebut, errornya adalah mutual exclusive karena file tersebut langsung dipegang oleh aplikasi LifeBlog. Kalo dilihat-lihat sih, aplikasi ini mungkin berjalan secara background dan aktif mengumpulkan item yang diperkirakan oleh dia menjadi potensi blog entry. Jadi satu-satunya cara adalah menghapus file tersebut melalui aplikasinya.

Nah, masalah kedua adalah error menjalankan aplikasinya sendiri. Bila memory udah terlalu low, katakanlah free space di C:\ udah dalam satuan kurang dari 20kb, lakukan penghapusan file-file yang gak penting. Misalnya di folder C:\cache. Folder ini saya bilang aman karena isinya adalah file gambar sewaktu browsing melalui HP. Ingat: Saya tidak bertanggung jawab bila Anda secara sengaja ataupun tidak menghapus file-file penting di N73.

Setelah free lebih dari 200kB, cukup untuk menjalankan aplikasi LifeBlog. Lanjutkan dengan masuk ke menu Option > Settings > Item Types. Ternyata, aplikasi ini cukup gila dan sok tau dengan menganggap file-file Images, MMS, SMS, Video, Notes, dan Sounds sebagai potensi blog entry. Dengan senang hati, saya langsung menghapus semua tanda pada item tersebut, dan hasilnya adalah: C:\Data\lifeblog\Database\Lifeblog.db berukuran tinggal 15kB saja, dari 23.4MB.

Yasud! Otak si N73 pun bertambah lapang :) Istri pun senang...


Minggu, 26 Oktober 2008

Finally, I have my own iPhone 3G :)

Akhirnyaa.... bisa punya juga iPhone :) Langsung yang 3G lagi, hehehe... *katro mode is on*

Bukan apa-apa, dulu di akhir tahun 2007 ketika lagi maen ke 5th Avenue Apple Store dan Soho AppleStore New York City, sempat juga hunting iPod Touch dan iPhone. Dua-duanya dibeli dengan harga dasar sama dengan di situs resmi Apple US. Maenan iPod Touch dihibahkan ke sang istri tercinta, trus rencananya iPhone dipakai sendiri. Ternyata, setelah bertanya-tanya pada temen yang udah mumpuni ilmunya dalam unlocking iPhone dan membaca-baca blognya di sini, rada ribet dan menjadi "sedikit" illegal :)

Apple telah membuat penggunanya dependent dengan update terbaru. Kalo nekat di jailbreak dan unlocked, trus melakukan update firmware dan update iTunes, hasilnya adalah iPhone akan menjadi bricked alias mati total. Okeh, dengan ini cukup kuat niatan saya untuk menjual kembali iPhone EDGE tanpa membuka bungkus dan segel dari boxnya.

Nah, kali ini, setelah membaca dan mengikuti perkembangan dan rumor tentang iPhone 3G yang tidak diikat kontrak dengan Carrier lain, dan dapat digunakan dengan SIM Card apapun, saya mengunjungi negara yang tepat untuk memiliki iPhone yang Factory Unlocked.

Ya, Italia adalah salah satu negara yang menjual iPhone 3G tanpa kontrak apapun dengan operator, tentunya dengan harga yang mahal daripada harga di US. Tunggu! Apakah memang mahal? Hampir semua pencari iPhone 3G selalu mengomentari kenapa harga iPhone 3G mahal ketika ada di Indonesia. Yah, pertama, kalo pingin murah, silakan beli di negara aslinya langsung :) tapi, jangan lupa juga siapkan uang tiket, uang fiskal, uang penginapan, dll :P heheeh..

Harga iPhone 3G di US lebih murah?
Sebenarnya ini yang terjadi. Angka yang dilihat di situsnya AT&T sebagai carrier yang ditunjuk oleh Apple, Inc. untuk negara US adalah harga iPhonenya saja. Tapi ingat, itu baru harga iPhone saja, tanpa dimasukkan Sales Tax dan Contract Plan. Perhatikan juga bahwa beda negara bagian akan memiliki besaran tersendiri. Jangankan beda negara bagian, di NY harga final iPod Touch di Apple Store 5th Avenue dan Apple Store Soho saja bisa berbeda-beda. Kemudian, jangan lupa juga harga tersebut belum termasuk harga berlangganana layanan dari AT&T. Untuk AT&T, berdasarkan situsnya, sekarang harus berlangganan minimum 24 bulan dengan paling murah biaya per bulan $69.99. Artinya, paling murah pun harga iPhone 3G = Harga batangan + (biaya bulanan x 24) = 299 + (69.99 x 24) = $1978,76.

Yah, memang gak segitu sih. Karena pola perjanjian yang dibuat oleh Apple dengan AT&T adalah Apple meminta share dari monthly fee yang dibayar pelanggan. Di halaman yang sama juga, syarat-syarat yang ditentukan lumayan memberatkan bagi turis yang ingin membeli iPhone 3G di sana. Mulai dari syarat Photo ID dan Social Security Number, sampe pemeriksaan apakah pembeli adalah pelanggan AT&T yang sah.

Tapi, bila Anda membelinya di Apple Store (mungkin) Anda tidak dibuat ribet seperti itu. Cuma pertanyaan sederhana: "Are you an AT&T subscriber?", cukup jawab "Yes", maka Anda bisa membawa pulang iPhone 3G. Jadi, lebih murah atau lebih mahal? Itu sih belum Apple to Apple (* ini termasuk frase favorit saya di kantor, karena cuma sedikit yang memakai Apple di sini. Jadi yang lain cuma boleh bilang Windows to Windows, bukan Apple to Apple :P *) Nanti kita lihat jawabannya.

Harga iPhone 3G di luar US
Itu untuk kasus iPhone 3G yang ada di US. Di negara selain US, ada banyak negara dan operator yang bekerja sama. Silakan lihat di sini untuk memilih negara mana dan operator mana yang ingin Anda pilih. Di halaman situs tersebut, ada informasi operator mana yang menjual lepas iPhone 3G, mana operator yang mengikat pembelian iPhone 3G dengan kontrak.

Ambil contoh UK dengan operator O2. Di beberapa milis disebutkan, bahwa harga iPhone 3G termurah adalah di UK. Mungkin sumbernya dari sini kali ya? Mari kita lihat lagi baik-baik. Di situs O2 UK, memang ada informasi tentang penjualan iPhone 3G. Calon pengguna silakan memilih paket sesuai dengan keinginan. Yang menarik adalah paket Pay & Go. Di halaman itu, paket ini cukup menarik karena tidak diikat dengan kontrak. Tapi, apakah benar iPhone 3G yang dibeli di O2 Store UK bisa digunakan dengan SIM card dari operator lain, termasuk operator di Indonesia? Saya pikir tidak. Berdasarkan informasi dari Apple, bahwa UK termasuk me-lock to carrier iPhone yang dijual oleh O2. Jadi untuk iPhone 3G 16GB dengan harga £399.99 memang bisa didapat iPhone 3G non-contract, tapi gak jelas bisa digunakan atau tidak di Indonesia :) Jadi, masih dibilang murah?

Harga iPhone 3G di Indonesia
Memang tetap tidak ada negara Indonesia yang termasuk di daftar negara yang akan dirilis iPhone 3G secara resmi. Gosip memang banyak bertebaran. Yang hangat dibicarakan, sumber dari 3GWeek konon katanya Telkomsel akan memboyong iPhone 3G ke Indonesia. Gosip tinggal gosip. Importir Apple iPhone 3G pun bermunculan, dengan berbagai harga dan berbagai fitur. Akibatnya, harganya pun aneh-aneh. Ada yang menawarkan dari harga USD300, sampe Rp15 juta juga ada. Tergantung negara asalnya.

Bagaimana cara mengetahuinya iPhone 3G ini berasal dari negara mana? Melalui situs support Apple di http://support.apple.com/kb/HT1937, tinggal cari Part Number yang ada di kotaknya. Lihat, berasal dari negara mana dan dari operator mana. Bila dapetnya negara dengan operator yang Lock-to-Carrier, berarti ini jelas harus di unlock dahulu. Tapi bila dapetnya dari negara yang tidak di Lock-to-Carrier, bukan berarti iPhone 3G tersebut bisa langsung dipakai. Ada langkah yang harus diperiksa lagi: Apakah iPhone 3G ini bisa digunakan dengan SIM card dari operator di Indonesia. Satu-satunya cara, ya masukkan SIM Card dari Indonesia dan tunggu reaksi dari iPhone dan iTunes :)

Untuk kasus iPhone 3G dari AT&T US. Pembeli bisa saja membeli iPhone 3G tersebut di Apple Store. Apple Store gak punya kewajiban untuk aktivasi iPhone 3G tersebut. Apple Store menganggap silahkan pembeli sendiri yang mengaktifkannya. Beda halnya kalau membeli iPhone 3G di AT&T Store, yang akan langsung diaktifkan dan tinggal digunakan setelah keluar dari AT&T Store. Tapi tentunya dengan prosedur yang ketat.

Nah, kalau beli di Apple Store, biar bisa digunakan di Indonesia, ada caranya yaitu menggunakan solusi Turbo Sim yang diperkenalkan oleh Bladox pertama kali tahun 2004. Salah satu beritanya dapat dilihat di sini. Yah, mungkin dengan sedikit konsekuensi SIM cardnya bisa patah, atau malah bisa patah di dalem? :) Harga Turbo Sim tersebut sekitar USD80. Tapi, SIMCard tray yang bisa patah karena adapternya tersebut harganya mungkin sekitar Rp350ribu. Kalo tray yg ini gak tau siapa yang membuat dan dari mana. Mungkin buatan Indonesia juga karena banyak yg make iPhone EDGE dan iPhone 3G? Jadi, untuk perkiraan "modal" iPhone 3G yang tidak FU = USD399 + USD80. Ambil asumsi tax termahal yaitu 8,375%. Ini tax untuk Apple Store Soho, sebesar ~USD35. Total menjadi USD515. Yah, sekitar itulah :)

Trus, ada "harga" yang harus Anda tebus. Kalo Anda bukan termasuk orang yang gila ngoprek, kegiatan unlock bisa menjadi kegilaan tersendiri buat Anda. Beberapa teman yang nekad beli iPhone 3G illegally unlock, gak bisa mensinkronkan lagu yang dia beli di iTunes. Otomatis, free apps dari iTunes AppStore juga gak bisa diinstall. Solusinya? Yah, ada Cydia dan Winterboard. Silakan oprek ;)

Tapi, jangan pernah berfikir untuk bisa menggunakan iPhone 3G tanpa TurboSim atau adapter yang lainnya. Karena hingga tulisan ini dibuat, mereka masih berkutat untuk meng-hack iPhone 3G baseband. Mungkin tinggal menunggu waktu saja :)

iPhone 3G tintinnya
Barang yang sekarang dimiliki ini adalah iPhone 3G berwarna hitam dengan kapasitas 16GB, dibeli dari TIM Store Italy. Kenapa iPhone 3G dari Italy?

Pertama
, kebetulan sedang ada kerjaan di Italy dan Belgia. Tapi, karena di Italy lebih murah EUR60, jadi yah beli di Italy :)

Kedua
, karena memang di Italy official unlocked iPhone 3G with no contract to specific operator. Ketika sedang mengantri di TIM Store pun, kebanyakan yang membeli adalah orang berkewarganeragaan bukan Italy. Bagi orang-orang Italy, iPhone 3G adalah handphone yang terlalu mahal. Ini diakui oleh rekan kerja saya yang memang berkewarganegaraan Italy. Mungkin karena di Italy penetrasi perkembangan dunia IT di masyarakat tidak begitu berarti, sehingga orang-orang di sana masih nyaman dengan handphone jadul. Paling keren pun mereka menggunakan BlackBerry. Memang, di Indonesia BlackBerry mahal, tapi tidak di sana. Dengan sistem kontrak, BlackBerry dirasakan lebih murah ketimbang membeli iPhone 3G.

Ketiga
, Italy memiliki bentuk "stop kontak" yang sama dengan Indonesia, jadi otomatis chargernya pun sudah sesuai, gak perlu pake adapter lagi :) Charger MacBook saya saja masih harus pake Adapter kaki tiga. Karena MacBook di Indonesia kebanyakan masuk dari Singapore. Harusnya masukin MacBook dari Italy aja kali ya? :P biar colokannya sama, tapi pajak dan ongkos kirimnya lebih mahalll :D

Empat, ini yang menarik: harganya! Pertama kali melihat harga iPhone 3G di Indonesia adalah Rp15juta. Ya, fantastis kan? Toko yang menjual berada di lantai X di Grand Indonesia Jakarta. Warna iPhone yang ditawarkan adalah Putih. Memang menarik. Tapi, tahukah Anda berapa harga jual resmi di TIM Italy? Cuma EUR499 untuk 8GB dan EUR569 untuk iPhone 3G 16GB warna Hitam atau Putih. Bila dikalkulasikan pada tanggal saya berada di sana, berarti iPhone 3G 16GB "hanya" Rp7,15 juta. Bisa dapet dua tuh kalo pake harga toko yang di Grand Indonesia ;)


Nah, udah lengkap kan kenapa alasan iPhone 3G Italy yg dibeli? ;)

Aktivasi
Semua iPhone 3G yang dibeli harus diaktifkan terlebih dahulu melalui iTunes. Gak perlu iTunes AppStore Account untuk aktivasinya. Cukup hidupkan iTunes (tentunya hidupkan dulu Mac atau PC Anda bukan?), connect ke internet, tes dengan masuk ke sembarang iTunes AppStore. Jika sudah berhasil melihat AppStore, berarti beberapa langkah lagi, iPhone 3G akan menyapa :)

Hidupkan iPhone 3G, feel the thrill :P *katro ye?* Kalo sudah hidup, gunakan perkakas yg diberikan di kotak iPhone 3G ini untuk membuka SIM Tray. Masukkan SIM card. Rasakan bedanya, bila Anda sebelumnya pemakai TurboSIM :) Kemudian, hubungkan iPhone 3G ke Mac ato PC dengan kabel khas keluarga iPod n iPhone. Dalam waktu 15 detik layar iPhone 3G menyapaku! Tentunya menggunakan Mobile-8 Fren EV-DO dengan Modem MiniMax modus DO. Gak tau kalo pake akses internet yang ngakunya cepet ituh :P

Synchronization
Karena memang sebelumnya saya pemakai Nokia N95, jadi iSync saya sudah saya siapkan untuk mengcopy semua contact dan calendar ke iCal dan Address Book. Memang kayaknya iPhone dirancang lebih mudah digunakan di Mac. Hayo, habis beli iPhone 3G, beli Mac hardware terbaru yee :P Sekitar 15 menit, 1100-an contact dan 200 entry calendar sudah berpindah ke iPhone 3G. Masih belom terbiasa sih dengan iPhone, but I'll get used to it :D

Hmmm.. Semua sudah siap! iPhone 3G dengan firmware 2.0.1 telah siap menyapa dunia Indonesiaaahahahahahah...

*masih katro*

Rabu, 01 Oktober 2008

Firmware N95 v30.0.15 sudah bisa didownload

Lagi iseng connecting USB cable DKE-2 ke N95, trus klik Nokia Software Update... Hmmm... kok sudah ada lagi ya update firmware buat N95. Perasaan, minggu ketiga bulan September belum ada nih update...

Siap mengupdate firmware ini? Koneksi internet yang mendukung HTTPS serta siapkan quota 117MB..

Hmm.. nantilah, kalau sudah ada waktu dan quota untuk mendownload ini. Updates tentang firmware baru ini akan diposting setelah selesai mendownload..

Senin, 29 September 2008

Handphone Antisadap? Hehehehe...

Lagi hangat-hangatnya nih topik privacy di dunia telekomunikasi di Indonesia dibicarakan. Ini semua karena baru disadari publik bahwa ada institusi yg bergerak dalam pembasmian korupsi menggunakan bukti digital hasil dari percakapan di telepon sebagai alat bukti di persidangan.

Kasus yg sering diblow-up di media massa adalah kasus persidangan Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani. Seringkali kita dengar bukti percakapan mereka diperdengarkan di pengadilan. Masih dengan aktor yang sama, Sang Jaksa pernah membentak orang yg mengiriminya SMS. Mungkin karena dia sudah tau kalau SMS mudah sekali "ketahuan".

Ini menimbulkan tanda-tanya bagi mereka yang ingin menghindar agar komunikasi tidak bisa disadap. Bagi yang berwenang dan kalap sih, bisa saja mengajukan RUU Antipenyadapan[citation needed] :) meskipun RUU tersebut bakal bertentangan dengan keberadaan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang telah diresmikan pada 25 Maret 2008.

Berbicara tentang melihat isi SMS yang dikirimkan, ini bisa dilakukan dengan mudah oleh seseorang yg bekerja di operator penyelenggara. Pernah seorang teman yang sedang iseng, melihat traffic SMS serta mengirim SMS dengan sender yang diubah. Jadi, saya menerima SMS dari nomor HP saya sendiri. Awalnya sih bingung kok bisa ada yg SMS dari nomor yg saya pakai sendiri, tapi dia kemudian tertawa atas kebingungan saya. Dengan sedikit traktiran, dia menjelaskan apa yang dia lakukan... Pantesan bisa. Cuma sekedar INSERT INTO syntax aja ke database, dan SMS pun terkirim. Tapi dia menyerah ketika saya tanya bagaimana cara mendengarkan pembicaraan yang sedang berjalan di sebuah network.

Dia bercerita menuturkan bahwa untuk menyadap komunikasi GSM itu akan lebih susah bila dilakukan di luar operator. Security di teknologi GSM menyulitkan orang yg akan menyadap pembicaraan secara "on-the-air". Trus gimana dengan cara KPK menyadap Urip dan Lita? Penuturannya terhenti karena keterbatasan pengetahuan dia.

Tapi diskusi tidak berhenti di situ, ada rekan lain yang mengambil gelar pendidikan tingkat Doktor dan sedang meneliti keamanan GSM. Secara gamang, kesimpulan akhirnya adalah tidak mungkin menghasilkan komunikasi tanpa bisa di sadap. Trus, bagaimana cara menghindar dari penyadapan? Dia bilang yang ada cuma menghambat penyadapan, bukan menghindari penyadapan.

Mari kita lihat bagaimana cara KPK menyadap. PERHATIAN: KPK menyatakan bahwa perangkat penyadapan yang dimiliki KPK bersifat rahasia. Termasuk teknis penggunaan dan kemampuan peralatan tersebut. Informasi yang digunakan di blog ini semata-mata hanya menuturkan bagaimana penyadapan dilakukan secara general.

Penyadapan
Pernah menonton Bourne Ultimatum? Kegiatan menyadap Agen CIA Noah Vosen (David Strathairn) menangkap pembicaraan reporter Simon Ross (Paddy Considine) tentang Black Briar di BlackBerrynya. Film itu tidak berbohong atau melebih-lebihkan. Memang kegiatan penyadapan dilakukan di suatu ruangan khusus, tidak perlu di ruang operator. Ini juga terjadi pada KPK bukan? Entah ketuanya secara sadar atau tidak, paling tidak dia pernah mengaku berada di ruang penyadapan untuk mendengarkan penyadapan secara realtime.

Berdiskusi dengan rekan-rekan yang bekerja di Operator di sini dan di luar, tampaknya KPK telah meletakkan "sesuatu" di semua operator di Indonesia. Terapkan filter nomor mana saja yang akan dipantau dan kegiatan penyadapan pun dilakukan di luar daerah kerja operator. Masih mirip kan dengan Bourne Ultimatum? :D Karena yang disadap ini adalah semua operator di Indonesia, meskipun ganti nomor HP operator dari Singapura tapi yang ditelpon masih pake nomor Indonesia, ya tetep aja bisa dipantau... Ckckckck... Ayin, kamu memang sedikit pintar, tapi kalah pintar dengan orang-orang KPK.

Anda pingin menghindar dari daftar yang telah difilter? Hmm.. mungkin Anda harus bukan pejabat dulu. Karena meskipun Anda baru pensiun dari pejabat, KPK masih memantau Anda dan *harusnya* KPK punya masa retensi daftar itu. Salah satu pejabat yang saya kenal, malah mengganti nomor HPnya menjadi nomor prabayar. Tapi dia tetap tidak mengganti HP. Saya sih gak bisa bilang apa-apa, karena meski dia ganti nomor, tapi nomor IMEI kan tetap ada karena nomor IMEI termasuk data yg dikirimkan ke operator. Toh, pastinya dia juga menghubungi orang-orang yg dia kenal kan? Orang-orang yang dia kenal juga seharusnya ganti nomor juga berikut HPnya. Tapi, jangan lupa, selain IMEI dan ESN, ada juga lokasi BTS yang digunakan. Inilah yang digunakan oleh polisi untuk membantu mengetahui posisi Tommy Soeharto di tahun 2001 ketika dia buron. Masih berfikir untuk menghindar? :)

Berpikir untuk menghindar?
Nah, kalau tidak bisa menghindar, lalu apa? Hmm... teknologi pun mengarah kepada enkripsi sebelum mengirimkan data ke operator. Misalnya, untuk mengirim SMS, pengguna bisa mengacak dulu SMS yang dikirimkan menggunakan aplikasi tertentu yang diinstal di HP. Salah satu aplikasi yg lumayan sering dipakai (oleh anak-anak muda yg gak pingin ketahuan selingkuh) adalah Fortress SMS dan SMSGuard. Masih banyak juga aplikasi lain yang bisa diinstal. Intinya, meskipun operator bisa melihat apa yg dikirim, tapi yang melihat tidak dapat mengerti arti karakter acak tersebut. Hanya HP yang diinstall program yg sama SMS tersebut dapat didecrypt lagi sehingga bisa memiliki arti. Apa ini berarti Anda aman mengirimkan SMS? Heheheh... selamat datang di dunia digital! Dengan teknik analisa karakter dan sedikit ilmu pengetahuan matematika, SMS tersebut dapat dibongkar. Apalagi oleh KPK! Banyak resource hebat direkrut di sana. Memang penyadapan sedikit terhambat karena harus men-decrypt tanpa mengetahui key yang digunakan. Tapi tetap dapat dibaca kan?

Blackberry lebih canggih lagi. Handheld yang memang diperuntukkan untuk dunia messeging ini, menerapkan teknik enkripsi yang canggih. Familiar dengan istilah enkripsi AES? Blackberry menggunakan AES Encryption 256-bit. Mungkin berita inilah yang membuat peluncuran BlackBerry Bold di Jakarta konon katanya diserbu para pencari privacy. Sang Direktur Commerce dari operator XL pun menyatakan (sambil bercanda?) bahwa BBB ini dibilang lebih aman. Apakah ini salah satu pembohongan publik untuk meningkatkan nilai penjualan? Atau hanya kelakar gak jelas saja? KPK pun menanggapi santai masalah ini. Mungkin KPK masih santai melihat masalah ini. KPK bisa saja memiliki keyakinan bahwa mereka masih bisa menyadap pembicaraan melalui BBB. Memang, di dunia luar sonoh, pemakai BlackBerry pun masih bisa di sadap. [Masih sama kan dengan Bourne Ultimatum? :D]

Tapi, BlackBerry tidak main-main dengan enkripsi yg diagung-agungkannya ini. Justru inilah nilai jual BB dibandingkan dengan smartphone yg lain. Silakan lihat gambar official dari BlackBerry tentang bagaimana messaging terjadi di BB Network. (Gambar diambil tanpa izin dari http://na.blackberry.com/eng/ataglance/security/bes_diag_large.jpg)

Siapa yg bisa mendecrypt 256-bit AES? Pemerintah India (Department of Telecommunications) saja harus melakukan ancaman untuk melarang BB di India bila Perusahaan RIM yang berbasis di Kanada ini tidak menurunkan tingkat keamanan menjadi AES 40-bit atau mengizinkan pemerintahan sana melakukan penyadapan di jaringan BB. Akhirnya RIM pun menyerah, dan (berencana) memberikan akses pemerintah India untuk masuk ke jaringan BB. Tapi, sebelum akses ini diberikan oleh RIM, DoT India mengklaim bahwa enkripsinya telah berhasi dijebol. Berita ini dilansir oleh pakar security Dancho Danchev (pakar beneran lho ya, bukan mengangkat diri sebagai pakar). Gimana nih KPK? Bakal meniru DoT India kah? Atau masih santai-santai saja karena menganggap BlackBerry tetap bisa di sadap? Voice sih iya, kalo messaging? :)

Pembicaraan yang tidak bisa di sadap?

Trus, gimana dengan pembicaraan yang gak bisa di sadap? Ada kok [fiuh, bagi Anda yg ingin mencari privacy]... Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil membuat telpon antisadap dan diperkenalkan di akhir Mei 2008 oleh PT. Dian Karya Sarana dengan nama Celebes, yang merupakan akronim dari Selular Bersandi (dimana akronimnya ya?). Untuk harga? Hmm... mungkin bisa dimiliki oleh pebisnis saja nih. Harganya bisa mencapai Rp100 juta, dan harus melalui proses seleksi yang ketat dan dievaluasi setiap tahun untuk memastikan Celebes tersebut tidak berpindah tangan.

Untuk urusan enkripsi, BPPT telah bekerjasama dengan Lembaga Sandi Negara. Kenapa dengan LSN? Hehehe.. karena, bila terjadi sesuatu dan dibutuhkan untuk didecrypt, negara tinggal menghubungi LSN untuk membuka algoritmanya bukan? Long live the country! :D Toh, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia juga tidak menganggap peluncuran produk ini melanggar aturan yang ada. Suatu kerjasama penangkalan tindakan represif terhadap negara yang sangat baik bukan? :)

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di Celebes ini? Belum jelas bagaimana bentuk Celebes ini. Apakah ada handset khusus ataukah hanya sekedar aplikasi yang ditempelkan di SmartPhone aja. Majalah Tempo edisi 17/XXXVII 16 Juni 2008 telah menulis sekilas tentang Celebes ini. Bila memang enkripsi dilakukan secara hardware, performa telepon dijamin tidak akan terganggu. Teknik enkripsi yang ditanam secara hardware akan lebih susah dibongkar (mungkin tidak bagi yang memiliki latarbelakang teknik elektro?). Tapi kalo ada Celebes edisi Symbian OS v9? Waduh, bisa sedikit masalah nih. Aplikasi Symbian OS v9 akan tetap berjalan lancar tanpa diterminate oleh kernel selama aplikasi yg laen gak begitu banyak diinstall di HP itu. Lah, kalo udah nginstall banyak2 di HP, tau2 aplikasi Celebesnya close dengan sendirinya? Duit Rp100juta gak kepake karena pembicaraan bisa terjadi tanpa ada proses enkripsi. Yah, mudah2an Celebes berjalan dengan memory yg optimum sehingga gak diterminate oleh Kernel HP.

Masih banyak media yang bisa dijelajahi untuk mencari privacy. Untuk hardware, silakan coba jelajahi Iridium Satelite Phone dan official sitesnya di sini. Untuk software, banyak sekali bertebaran di luar sana. Untuk enkripsi percakapan ada CellCrypt yang berbasis di UK yang mengembangkan aplikasi untuk Smartphone berbasis Symbian v9.1. Nantinya juga mendukung Windows Mobile dan BlackBerry. Ada juga dari Australia, SecureGSM yang hanya mendukung Windows Mobile seharga AUD450 (tanpa PDA-phone). Untuk privacy SMS, Dari Arizona, US ada CellTrust yang memiliki pola berbayar langganan. Ada juga dari Republik Ceko, SMS007 seharga EUR35. [dikutip dari Majalah Tempo yang sama]

Nah, dari tulisan pendek ini, masih berniat untuk mencari privacy? Antara Penegak Hukum dan Pencari Privacy selalu saling kejar-kejaran... Go Deeper! Think Beyond! Ataukah harus kembali ke jaman dahulu? Menggunakan telepon yang dibuat dari kaleng trus dihubungkan menggunakan tali agar tidak bisa di sadap? :D

Minggu, 14 September 2008

N73 telah kembali dan Restore dari PC Suite Backup

Wah, cepat sekali!

Itu komentar saya ketika ditelpon oleh NCC bahwa N73 yang tanggal 11 yang lalu saya titipkan di sana untuk di reflash. Tapi ternyata ada biaya yang harus saya bayar sebesar 75ribu rupiah karena biaya reflash tersebut untuk N73 Indonesia yang sudah tidak berlaku lagi masa garansinya.

Okelah. Uang sejumlah Rp75.000 untuk biaya menghidupkan kembali N73 yang gagal update.

Setibanya di sana, cek sana-cek sini. Saya menerima hasil reflash tersebut dengan hasil firmware 4.0812.4.0.1, sesuai seperti usaha saya mengupdate melalui NSU. Padahal, ketika saya menginapkan N73 ini, firmware yang ada di sana cuma versi 3.xxxx.x.x.x. Apa memang baru diizinkan ya versi ini digunakan oleh NCC? Gak tau lah..

Ketika pembayaran dilakukan, ternyata... biayanya menjadi 120ribu rupiah. Lah! Bukannya tadi melalui telepon biayanya 75ribu? Protes pun dilancarkan dengan keras (* hehehe... exagerating ye? *) Ternyata, (lagi-lagi) frontliner salah menginformasikan ada biaya komponen yang harus dibayar.

Ha? komponen apa lagi yang harus diganti? bukankah untuk re-flashing tidak perlu mengganti komponen apapun? Pihak teknisi langsung mengeluarkan bungkus plastik kecil berisi komponen yang telah diganti. Disebutkan bahwa itu adalah komponen konektor audio yang tidak berfungsi. Mungkin itu penyebab gagalnya update?

Makin aneh aja nih Nokia Indonesia. Kalau saja saya seperti pengguna lainnya, saya mungkin menerima keputusan itu. Tapi, maaf. Saya bukan pengguna biasa. Setelah NSU di salahkan sebagai penyebab kegagalan update firmware, sekarang konektor kecil yang saya sendiri tidak tau apa hubungannya konektor itu dengan reflashing. Apa mungkin konektor itu rusak ketika para teknisi yang menyambungkan kabel dari Griffin Box ke N73 ini? Gak tau lah...

Yasud. Dibayarlah Rp120.000 untuk menebus sesuatu yang aneh...

Sekarang, mari merestore data yang pernah di backup. Merupakan kebiasaan saya sebelum mengupdate firmware untuk melakukan backup data melalui PC Suite. Entah kenapa, sewaktu saya melakukan backup N73 ini, saya mempunyai ide yang agak aneh. Biasanya saya melakukan backup semua item di N95 saya di dalam satu file backup. Tapi tidak kali ini dengan N73. Saya melakukan full backup, dan melakukan backup per item, yaitu backup phonebook, backup setting, backup notes, backup calendar, backup bookmark. Sedangkan Video, Image, dan SMS saya biarkan di miniSD.

Ternyata, unusual backup behaviour yang saya lakukan membawa keberuntungan :) Hasil full backup dari Nokia PC Suites tidak bisa di Restore lagi di firmware yang baru ini. Hasil errornya menunjukkan tidak ada satupun data yang berhasil di tulis lagi di N73. Kemudian, saya lakukan restore dari file untuk masing-masing item. Hasilnya memuaskan! Phonebook, Calendar, Bookmark, Notes, dan Setting kembali seperti sediakala :) SMS, Video, dan Image pun langsung terdetect di N73 yang baru inih..

Jadi, moral of storynya adalah:
1. Lakukan Backup sebelum upgrade firmware. Jangan lakukan full backup, tapi one backup per one item.
2. Berdoa agar proses update firmware berhasil, bila tidak di reflash di NCC

Sang Istri tercinta pun cuma sambil senyum dan bilang: "Makanya, kalo gak rusak jangan diupgrade dong hp ku..." Hehehe... dia gak tau aja story behind upgrade ini..

Jumat, 12 September 2008

Bencana Upgrade firmware N73

Okeh.

Mumpung lagi gak ada kerjaan (*yang berarti dan berat *), lagi iseng untuk mengupgrade semua firmware gadget. N95 classic sudah berhasil di upgrade. Hasilnya: bisa membuat Video menjadi Ringtone. Kerren! :) hehehe...

Berharap N73 punya Istri juga bisa menjalankan Video sebagai ringtone, maka ritual update pun di jalankan. Seperti biasa, menggunakan Nokia Software Updater versi yang baru saja di download untuk mengupdate N95.

Setelah mendownload 117MB firmware N73 v4.0812.4.0.1, langkah selanjutnya adalah membiarkan NSU melakukan update. Ditunggu. Ditunggu. Menanti.

Lho, kok sudah satu jam lebih proses upgradenya tidak kunjung selesai? Layar N73 tetap hitam, dan status di NSU tetap tertera: "Updating firmware".

Hmm...

Ada yang salah kah?

Browse sana-sini, banyak yang menganjurkan untuk mencabut kabel USB dari N73, kemudian lakukan proses updating ulang. Memang, NSU langsung mendeteksi bahwa ada update N73 firmware yang belum selesai, sehingga bisa langsung dilanjutkan tanpa melakukan proses download lagi. Tapi, meskipun dilakukan berkali-kali, N73 tetap saja hitam kelam, tidak memberikan response apapun.

Forum yang lain juga mengusulkan untuk melakukan startup dalam recovery mode dengan menggunakan "3 Finger Deep Reset" yaitu menggunakan tombol [*], [3], [GREEN/YES/CALL BUTTON] dan tombol [Power]. Mau dilakukan berkali-kali juga hasilnya tetap sama, tetap hitam kelam :(

Langkah terakhir: Mengunjungi NCC di Grand Indonesia.
Solusi yang ditawarkan: Re-Flash ulang firmwarenya dengan yang ada dengan konsekuensi hilang semua data di internal memory. Sialnya, mereka masih menggunakan firmware 3.xxxx.x.x.x. Padahal tujuannya saya melakukan upgrade agar pindah ke firmware versi 4 atau yang lebih baru. Yasudah, ketimbang tidak bisa hidup sama sekali.

Untungnya, semua jenis data di internal memory sudah dibackup. Jadi tidak masalah mau di flash atau tidak oleh NCC.

Yang membuat heran, orang-orang di NCC Grand Indonesia malah menyalahkan saya karena melakukan proses update menggunakan NSU. Lah, Nokia Indonesia sendiri menyediakan CD installer PC Suites yang termasuk di dalamnya NSU untuk melakukan update. Kenapa NCC di sini malah menyalahkan orang yang menggunakan NSUnya? Kalaupun NSU tidak di approved oleh NCC, kenapa Nokia Indonesia menyertakan NSU di dalam CD installernya? Heran!

NCC menjanjikan 2 minggu maksimal waktu yang dipergunakan untuk melakukan flashing ulang. Mari ditunggu hasilnya...

Kamis, 24 Juli 2008

nginstall GIMP di Leopard

Lagi ada kebutuhan untuk mengedit gambar, kepikiran buat nyari application apa ya yang bisa dipake...

First name comes up was Adobe PhotoShop CS3! Yupe, memang itu aplikasi yg killer banget dah. Salut! Setelah ada niatan untuk meninggalkan semua yang *ehm* bajakan di MacBook, jadi kepikiran buat beli PhotoShop CS3 for Mac. Ternyata, harganya mahal bangets... huhuhuhu...

Okelah, harga MacBook yang dulu dibeli seharga $1400. Setahun kemudian, tepatnya bulan Juni 2008 kemarin, untuk mencicipi Leopard, harus mengeluarkan lagi $125 plus HDD baru 320GB seharga $125. Tapi untuk mengedit gambar yang cuma sekedar hobi, bukan untuk mencari uang, harus mengeluarkan $650? Hmm... menteri keuangan bisa tidak mengizinkan nih...

Teringat pada jaman kuliah dulu, ada yang memperkenalkan Graphics Editor yang berbasis GPL, namanya GIMP. Pastinya ada beberapa orang yang berhasil memportingnya ke MacOS Leopard nih. Klik sana, klik sini, ada link ke salah satu hasil porting GIMP for Leopard. Namanya Wilber-loves-Apple. Baca-baca cara ngedonlotnya, ternyata harus menginstal beberapa prerequisites. Minimal punya X11 Application yang terbaru.

Agak sedikit bingung dengan X11 ini. Kalo diliat di System Profiler > Software > Application. Disitu udah terinstall X11 ver. 2.0. Di Apple Download malah cuma versi 1.1.3. Berarti udah terbaru kan ya? Ternyata, dengan nekat menggunakan X11 ver. 2.0 ini malah membuat GIMP gak menampilkan apa-apa. Cuma Menu Bar tulisannya GIMP doang. No other windows are shown up.

Sedikit googling, ternyata harus install X11 terbaru, jangan pake yang bawaan Leopard. huh! nyusahin aja.. Setelah mendonlot X11 versi 2.3 di sini, dan... viola! muncul dah window nya si GIMP...

heheheh... lumayan, menghemat $650 untuk editor gambar :)

Sabtu, 31 Mei 2008

Mengganti HDD demi menginstall Leopard

Setelah menggunakan MacBook Black Core2 Duo 2,16GHz sekitar setahun lebih, sudah saatnya menambah ruang kerja baru di sini. Setelah sebelumnya menambah kapasitas daya ingat dari 2x512 MB menjadi 2x1024MB pada saat satu minggu setelah pembelian, ruang kerja dirasa lebih dibutuhkan untuk mencicipi Leopard inih.

Setelah berjuang mencari harddisk mobile kapasitas tertinggi (pada saat ini, masih 500GB 7200rpm dengan cache 32MB), ternyata Jakarta (lebih tepatnya Komplek Pertokoan Ratu Plaza) tidak memiliki apa yang saya butuhkan. Jadi mau tidak mau, pilihan jatuh pada Hitachi HTS543232L9A300 dengan kapasitas 320GB 5400rpm SATA2 3GB/s cache 8MB. Jauh ya? Antara keinginan dengan kebutuhan ketersediaan di pasar..

Sebelum membeli harddisk ini, mempelajari bagaimana cara mengganti harddisk MacBook adalah hal yang lebih menantang :) Googling sana sini, link yang memang menarik ada di sini: http://www.ifixit.com/Guide/Mac/MacBook-Core-2-Duo/Hard-Drive-Replacement/116/5/Page-1

Sialnya, lupa membeli kunci L yang Torx. Di mobil untungnya ada kunci L Torx, tapi cuma ukuran 10, padahal yang dibutuhkan nomor 8. Modal nekat, sedikit dipaksakan akhirnya bisa juga mengganti harddisk bawaannya MacBook.

Lanjutkan dengan menginstall Leopard Single User. Installer ini dibeli dengan harga Rp1,1 juta, seratus ribu lebih murah dibandingkan dengan toko lain disekitarnya :) hehehehe... Installasi, relatif lebih mudah ketimbang menginstall Wind*ws apapun... Kurang dari 30menit, semuanya sudah siap.

Taappiiiiiii....

yang membuat sedikit menggunakan otak pada saat penginstallan Leopard ini, adalah bagaimana menentukan jumlah partisi dan berapa besaran tiap-tiap partisi. Tadinya, keinginan membeli harddisk dengan kapasitas yang lumayan besar adalah untuk menginstall dua OS, Leopard dan Vista, dan kemudian masing-masing OS memiliki Partisi untuk menyimpan data. Jadi komposisi yang diinginkan adalah 4 partisi dengan
1. 60GB (Leopard)
2. 100GB (Repository Leopard)
3. 100GB (Repository Vista)
4. 30GB (Vista)

Pertama-tama, install dahulu Leopardnya. Tapi jangan langsung maen next, next aja. Ini bukan Windows :P hehehehe.. Untuk membuat partisi, gunakan menu yang di toolbar di atas. Gunakan tools Disk Utility. Nah, di tools ini silakan membaginya sesuai dengan keinginan.

Tapi ingat, untuk membuat Leopard bisa hidup berdampingan dengan Vista 32-bit di MacBook, ada beberapa syarat yang harus comply. Saya bilang di MacBook lho ya, bukan di Mac Pro. Dalam satu MacBook yang notabenenya cuma punya satu HDD, terpaksa hanya bisa punya maksimal 4 partisi di HDD tersebut. Jika lebih dari 4 partisi, maka Vista 32-bit tersebut tidak dapat booting. Mungkin karena teknologinya Microsoft yang masih digunakan teknologi lama. Bagi beberapa praktisi yang sudah sering memformat HDD untuk Windows, HDD yang bisa terbaca hanyalah HDD yang memiliki maksimal 4 primary partition (bukan extended partition lho ya..)

Nah, untuk Leopard ini saja, kalaupun melalui tools dari Disk Utility dan tidak membuat partisi lain (artinya, hanya ada satu partisi yang terlihat menggunakan Disk Utility), secara otomatis terdapat partisi yang bernama EFI. Jangan coba-coba dihapus atau terhapus ya partisi ini, jika tidak ingin repot :D

Untuk melihat berapa jumlah partisinya, gunakan perintah
:~ diskutil list
pada Terminal.

Instalasi Leopard sih cuma 20-an menit, yang lama nginstall Vistanya nih. Hati-hati juga menginstall Vista. Kalau cuma mengandalkan tombol Next, Next, Next saja sih, Insya Allah partisi Anda jadi tinggal satu lagi, yaitu cuma partisinya si Vista :)

Jika sudah selesai menginstall Vista, lakukan login kembali ke Leopard. Ini berguna untuk memastikan bahwa Leopard dan Vista bisa hidup berdampingan. Hasil akhir konfigurasi partisi di MacBook saya adalah:
/dev/disk0
#: TYPE NAME SIZE IDENTIFIER
0: GUID_partition_scheme *298.1 Gi disk0
1: EFI 200.0 Mi disk0s1
2: Apple_HFS Leopard 160.0 Gi disk0s2
3: Apple_HFS Repository 77.8 Gi disk0s3
4: Microsoft Basic Data VistaBusiness 59.9 Gi disk0s4



Dengan konfigurasi seperti yang disebutkan di atas, akhirnya Leopard dan Vistapun bisa hidup berdampingan... Capek sih mencari konfigurasi yang bisa berjalan sampai bisa menemukan konfigurasi tadi. Bisa semalam suntuk (*kayak wayang aja ya*)

Rabu, 09 Januari 2008

euforia smart card di jakarta

Tampaknya geliat penggunaan SmartCard sebagai alat bantu pembayaran skala kecil (micro payment) telah dimulai.

Para pemain bisnis melihat celah yang menguntungkan dalam menggarap segmen ini. Untuk sistem pembayaran nilai besar (High Value Payment System) di Indonesia dapat menggunakan Sistem RTGS (Real Time Gross Settlement System) atau bahkan Sistem S4 (Scriptless Securities Settlement System) untuk mencairkan surat-surat berharga. Pemain retail pun dapat bermain di segment (Retail Payment System) melalui Sistem Kliring Nasional (SKN). Di segmen inilah terdapat pemain Kartu Kredit, yang kita tahu sedang gila-gilaan mengejar target pengguna. Mulai dari iming-iming Cicilan 0% selama beberapa bulan, bebas biasa tahunan (Annual Fee), Diskon, dan lain-lain. Beberapa pengamat melihat segmen ini mulai jenuh.

Sifat pemakaian kartu kredit di Indonesia memiliki karakteristik tersendiri. Beberapa tahun yang lalu, hampir semua merchant yang mendukung pemakaian kartu kredit memiliki nominial minimal pembayaran. Biasanya mulai dari Rp100.000,- (seratus ribu rupiah). Baru dua tahun terakhir ini, beberapa Bank Penerbit kartu kredit membuat "terobosan". Yang saya ingat, Citibank dengan ClearCardnya memulai dengan program Buy One Get One Free. Pembayaran seharga Rp60.000,- (enam puluh ribu rupiah) di Bioskop yang saya kategorikan eksklusif dapat menggunakan ClearCard. Kemudian diikuti promo dari BCA dengan Kartu Kredit seri BugsBunny, Tazmanian Devil, dan Batman. Bahkan transaksi Rp25.000,- bisa dilakukan menggunakan kartu kredit ini.

Tapi, syarat kepemilikan Kartu Kredit di Indonesia sudah mulai sedikit diperketat melalui peraturan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dalam PBI No. 7/52/PBI/2005 tanggal 28 Desember 2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK). [Lihat Siaran Pers di situs Bank Indonesia]. Syarat memiliki pendapatan minimum serta usia minimum pemilik Kartu Kredit membuat tidak semua orang bisa melakukan kegiatan APMK yang dimaksud.

Celah inilah yang dimanfaatkan untuk menggarap segmen mikro. Dimulai dari BCA yang memperkenalkan Flazz Card pada tanggal 22 Februari 2007 sebagai "kado" atas Ulangta. Flazz Card ini memungkinkan digunakan oleh semua lapisan masyarakat. Karena konsepnya adalah Kartu Prabayar, kepemilikannya dapat dipindahtangankan. Sistem pengisian nilainya menggunakan sumber dari Rekening BCA dengan maksimal nilai Rp1.000.000,-. Pada awal peluncuran produk ini, Flazz Card dapat dipergunakan di Alfamart, Indomaret, Bakmi GM, dan Hoka Hoka Bento. Sekarang tampaknya sudah merambah ke BlitzMegaplex. [sumber: Kompas 23 Februari 2007, online cached version dapat dilihat di sini]


Penggunaannya pun lumayan mudah. Kartu tersebut tinggal disentuhkan ke EDC khusus SmartCard dan pembayaran pun selesai. Tanpa menggesekkan kartu, tanpa PIN. Ya, tanpa PIN. Jadi, siapapun yang menemukan dan menggunakan kartu tersebut, dapat melakukan pembayaran. Aman? hmmm... [BCA Flazz Card akan dibahas pada tulisan khusus]

Kemudian Bank DKI mengeluarkan kartu suplemen yang bernama JakCard. Kartu ini diperkenalkan pada tanggal 17 Juni 2007 di Lapangan Monumen Nasional pada acara HUT Bank DKI ke-46. [FYI, Bank DKI Ultah pada tanggal 11 April]. Kemudian diluncurkan untuk umum pada tanggal 1 Oktober 2007. Tapi entah kenapa, kartu ini telah dicap hanya sebagai kartu single purpose, yaitu untuk melakukan pembelian tiket Bus TransJakarta saja. Dan itupun hanya terbatas untuk koridor 2 dan 3. Atau mungkin usaha pendekatannya kurang getol ke merchant lain? Tapi yang jelas, kartu ini bisa mempercepat antrian orang-orang di shelter Bus TiJe (nama keren dari Bus TransJakarta).

Bila dilihat lebih lanjut, bukankah pendapatan daerah DKI Jakarta disetorkan ke Bank DKI? Bila memang benar demikian, seharusnya peluang bisnis untuk menjadikan JakCard alat pembayaran Parking Card, atau bahkan Kartu Tol Elektronik terasa lebih pas. Tapi tampaknya daftar peserta tender Electronic Toll Collection System (ECT) tidak terdapat nama Bank DKI [lihat di sini]. Tapi, sudahlah. Blog ini tidak untuk membahas itu. [FYI, pemenang tender ini adalah Bank Niaga. Namun tampaknya masih menuai masalah. Lihat di sini]. Kita tunggu saja apa kegunaan lain kartu JakCard ini selain melakukan pembayaran Tiket Bus TransJakarta koridor 2 dan 3.

Baru-baru ini, Pertamina mengeluarkan kartu prabayar untuk melakukan pembelian Bahan Bakar Khusus. Kartu tersebut bernama Gaz Card yang di launching pada tanggal 19 Agustus 2007. [sumber: Press Release dari Pertamina]. Konon, kartu ini dalam pengisian nilainya didukung oleh Bank Mandiri, BNI dan BRI. Tapi BCA juga telah mendukung pengisian nilai kartu prabayar ini [sumber: http://www.klikbca.com/individual/silver/news.html?s=2]. Untuk masa mendatang, Kartu tersebut dapat digunakan untuk melakukan transaksi lain selain hanya untuk membeli Bahan Bakar Khusus Kendaraan Bermotor.


Dari ketiga produk di atas, tampaknya perkembangan teknologi SmartCard untuk micro payment system masih sporadic. Mungkin tiap-tiap vendor teknologi ingin unjuk gigi tentang kekuatan adopsi teknologi SmartCard ke dunia pembayaran. Meskipun teknologi SmartCard ini sudah pernah sebelumnya digunakan sebagai kartu akses ke pintu khusus. Bila fenomena euforia ini terus terjadi seperti ini, bukan tidak mungkin pemakainya yang jenuh. Misalnya, dari ketiga kartu di atas, masing-masing kartu memiliki segmen pembelian tersendiri. Bila sebelumnya BCA menerbitkan Flazz Card untuk mendukung micro payment system, kenapa tidak BCA memposisikan Flazz Card juga sebagai media pembelian Bahan Bakar? Tapi malah ikutan mendukung Gaz Card. Dari sisi nasabah BCA sendiri, apakah mau memiliki dua kartu terpisah seperti Gaz Card dan Flazz Card? Ujung-ujungnya nasabah akan mencari satu kartu yang dapat digunakan untuk semua.

Mungkin ide ketiga produk di atas akan lengkap bila nantinya ada satu vendor pemersatu alat pembayaran tersebut. Mungkin seperti ide PT. Artajasa Pembayaran Elektronis dengan ATM Bersama, atau PT. Rintis Sejahtera dengan ATM Prima, dan PT. Daya Network Lestari dengan ATM Alto.

Mari kita lihat negara tetangga, Singapura. Di negara ini, terdapat beberapa produk micro payment seperti EZ-Link dan NETS. Dengan EZ-Link, pengguna bisa melakukan pembayaran MRT, Bis, bahkan bertransaksi di McDonald's Restaurant [lihat di sini untuk tempat bertransaksi menggunakan EZ-Link]. Terintegrasi dengan berbagai merchant memang membuat pemegang kartu tersebut nyaman. Tapi EZ-Link tidak sendiri, masih ada pemain lain yaitu NETS. Bahkan dengan NETS penggunanya bisa melewati gerbang ERP (istilah Jalan Tol di Singapura) [Lihat di sini untuk penggunaan NETS CashCard]. Untuk lebih jauh tentang ERP, dapat dilihat di situs LTA atau situs pariwisata.


[ez-link card]



[NETS CashCard]


Nah, pertanyaannya sekarang: Apakah Indonesia akan memiliki pertumbuhan MicroPayment with SmartCard ini tetap sporadis seperti sekarang atau menunggu pemain inti yang dapat menggabungkan beberapa penggunaannya?

Mungkin butuh beberapa puluh bulan untuk menjawab pertanyaan ini. Kita tunggu saja...

notes:
* Gambar diambil dari Situs http://www.klikbca.com/, http://www.gazcard.com/, dan http://www.smartstripe.com/p1.html *tanpa izin dari publisher*

Sabtu, 05 Januari 2008

Nokia N95 + iPod 5th Gen > iPhone

Judul blog kali ini sengaja saya menggunakan notasi matematika untuk mengungkapkan bahwa dengan Nokia N95 dan iPod generasi kelima memiliki tingkat kesenangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan hanya memiliki dan mengoperasikan iPhone 8GB (f/w 1.1.2 dan Baseband 04.02.13_G).

Setelah mengunjungi Apple Store 5th Avenue di akhir tahun yang lalu, saya tergoda untuk membawa pulang iPod Touch dan iPhone. Meskipun saya sebelumnya sudah memiliki iPod generasi kelima yang mendukung video playback. Yang ada di pikiran saat itu adalah mengganti iPod dengan iPhone, dan iPod Touch untuk istri tercinta.

Jangan tanya saya bagaimana membuat iPhone yang langsung Anda beli dari NY untuk bisa langsung dipakai di luar Amerika. Mungkin Anda harus mengkonsultasikannya dengan teman saya di blog miliknya di sini. Setelah konsultasi dan baca-baca hasil googling, saya memutuskan untuk tidak menggunakan iPhone dengan firmware 1.1.2 dan baseband 04.02.13_G tersebut. Alasannya simple, dan teman saya pun sepakat, bahwa iPhone akan lebih seru ketika melakukan unlockingnya saja bukan memakainya.

Tidak ada excitement khusus menggunakan iPhone bagi saya. iPhone seperti iPod Touch dengan fungsi Telepon. Fungsi telepon yang masih sedikit terbatas dibandingkan telepon genggam Nokia N95 yang saya miliki sekarang. Karenanya, saya menjualnya dalam kondisi unlock dengan harga sesuai pasaran di sini ;) FYI, di beberapa toko di Jakarta Selatan, iPhone dengan firmware 1.0.2 saja di jual dengan harga Rp7.100.000,- :) Mengambil margin yang sadis :P heheheheh...

Mungkin niatan saya menjadi first adopter harus saya urungkan karena memang kebiasaan saya yang harus meneliti lebih detail semua gadget yang akan saya beli. Trendsetter tidak akan membutakan saya :)

Dengan Nokia N95, saya masih bisa menggunakan teknologi 3G Video Call, menggunakan GPS untuk mengetahui posisi sebuah tempat dan melihatnya kembali di Google Earth, dan fungsionalitas telepon genggam yang lebih lengkap (SMS, Telepon, dll), kamera digital 5MP 300dpi 24bit color depth dengan flash led, radio FM dengan data radiostation dapat di download, WiFi B/G, video playback, hingga dukungan MicroSD hingga 4GB.

Sedangkan untuk iPod generasi kelima, saya bisa menyimpan data apapun hingga kapasitas 27,8GB. Mulai dari lagu dengan berbagai format (MP3 adalah format favorit saya), AudioBooks Apple format (yang saya isikan AlQur'an MP3 kemudian diconvert menjadi AAC Protected AudioBooks Format menggunakan iTunes), hingga Games yang dibeli dari iTunes Store (di iPod saya, ada games yang didukung oleh MTV Games - Harmonix's Phase seperti games Guitar Hero II di PS2, Gameloft's Brain Challange yang katanya untuk mengasah otak, Electronic Arts' Sudoku, dan Pop Cap's Zuma. Semuanya bisa membantu menghabiskan waktu sambil menunggu perjalanan ke kantor di Bus Transjakarta, atau menunggu dipanggil dokter spesialis ObGin di RS Bunda.

Saya akui, iPhone memiliki fitur interaksi dengan pemakainya sangat intuitif. Tidak ada satu pun gadget yang bisa meniru semua UI iPhone seperti pinch to zoom, scroll, rotate, dll. Tapi dengan fungsi telepon yang bahkan belum mendukung 3G apalagi Video Call, sedikit bermasalah dengan SMS forwarding, Phone number recognization, space terbatas hanya 8GB, Aplikasi yang hanya bisa dibeli oleh penguna iPhone secara legal (yang berarti hanya bisa dibeli oleh pengguna iPhone terdaftar di U.S).

Mungkin menikmati fitur yang intuitif itu cukup saya nikmati di iPod Touch istri saya saja. Tidak di jailbreak, sehingga tidak ada aplikasi atau game yang bisa ditambahkan di sana. Tidak masalah, toh istri pun hanya butuh mendengarkan lantunan Al-Qur'an dan music untuk sang janin..










Nokia N95
+
iPod 5th Gen
>
iPhone

Selasa, 01 Januari 2008

About Us

Otak Analog.

A startup company, located in East Jakarta, Indonesia.
Specialized in Apple iPhone Software Development
and Java Enterprise Software Development.

Contact: Burman at +628159107374 for inquiries .

About Me

Me,

Hobbist ke arah IT.
Mau gak mau kerja di dunia IT.
Eksplorasi benda dan hal-hal IT, kadang memaksa diri untuk membeli, tapi untungnya ada teman yang mau meminjamkan untuk dieksplorasi.